RSS

Pusat Dunia

Sejalan waktu berlalu
Semuanya berubah
Begitu pula diriku

Jika dulu mereka sempat menjadi pusat dunia bagiku
Menjadi sumber tawaku
Menjadi asal tetes air mataku

Tapi saat mereka pergi
Pusat duniaku hancur bersama mereka
Setiap kali itu terjadi
Semuanya tak pernah berjalan dengan mudah

Wakti berlalu
Dunia yg hancur terakhir kali mulai kutata
Namun ku bangun sebuah tembon tinggi
Takkan pernah kubiarkan seseorang menjadi pusat dunia lagi

Kamu datang
Aku dalam keraguan teramat sangat
Aku yg mengira siap berorbit di sekitarmu
Dilain pihak aku tak ingin kamu menjadi pusat duniaku

Jadi disinilah aku
Tak mengerti dengan diri sendiri

Banyak hal yg tidak kusenangi
Tapi aku biarkan berlalu
Bukan karena aku butakan diri
Tapi hanya malas berotasi

Berkali-kali kutanya diri ini
Jawabannya tetap sama
Kamu bukan pusat dunia

He asked

"So why you choose to be with me?" He asked.
I was in silence.
And i started questioning my self.
Why i wanna be with him?

I don't have any reason why,
Cause i believe love doesn't work that way.
I am right, am i?
No need any reason to love someone.

I started to blame my self.
I was think that i'm ready to have love again.
I think i whole again
I'm fixed.
But, now i think i still broken

Keputusan yg tepat kah?

Malam ini,
Aku mengambil keputusan  besar
Setelah hampir tiga tahun terkurung dalam cangkang yg bernama ketakutan dan trauma
Aku memberanikan diri keluat dari cangkangku

Apakah dia keputusan yg tepat?
Aku tak tau
Aku excited sekaligus takut?
Keputusan yg tepatkah?
Tidakkah kami akan membuang-buang waktu?

Biarkan waktu yg menjawab

Yaqin nikah??

Hari ini, sahabatku nomor 4 menikah..
Kami lima sekawan, dan kini tinggallah diriku yg masih solo.
Kebahagiaan terpancar jelas dari sahabatku,
Aku iri?? Tidak lagi.
Bahagia?? Iya.
Sahabatku sudah menemukan pemilik rusuknya, setengah agamanya.
Selamat ya say, doaku menyertaimu.

Awalnya,
Aku memang sangat ingin menikah.
Siapa sih yg nggak ingin??
Menyempurnakan agama,
Ibadah tiada batas,
Maafkan kata-kataku di baris selanjutnya.
Bisa having sex secara sah dan, legal.
And a lot.
Jangan berfikir negatif dulu,
Aku normal, memiliki nafsu dan hormon yg harus dipuasi.

Dan tadi saat aku ngobrol dengan dua sahabatku yg lain.
Ternyata menikah tidak segampang itu.
Menikah bukan hanya pemenuhan kebutuhan seksual secara legal.
Bukan hanya jalan sah untuk mempertahankan garis keturunan.

Menikah itu menyatukan dua kepala dengan pemikiran berbeda.
Dua sikap yg bersebrangan.
Dua keluarga dengan beda latar belakang.
Dua insan dengan beda kepentingan.

Dan menikah itu tidak hanya tentang cinta dan kebahagian.
Menikah juga tentang kepercayaan.
Tentang takes and gives.
Tentang saling support.
Tentang teamwork.
Juga tentang fears.

Aku mendengar betapa menikah menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran yg baru.
Takut pengkhianatan.
Takut tak punya anak.
Takut stabilitas keuangan.
Takut ini itu dan segala macam.

Aku yg masih solo diantara mereka sahabat-sahabatku hanya mendengarkan dengan rasa ngeri.
Betapa menikah tidak semudah mengucapkan kata i love you.
Betapa akad dan nikah yg diucapkan berisi janji yg berat untuk di pikul.

Terus, apakah sekarang masih ingin menikah?
Yakin nikah?
Jawabannya iya.
Jika sudah sampai pada saatnya.